Kamis, 22 Januari 2009

PERAWAT, PROSPEK KAH ?



Pelajar SMU di Indonesia akan dengan bangga menyampaikan jawaban “OKE” ketika mereka diberi tawaran untuk melanjutkan studi pada bidang yang dianggap bergengsi tinggi di masyarakat Indonesia seperti ekonomi, teknik, hukum, kedokteran dsb. Tapi mereka akan bengong, ragu-ragu dan bahkan menggelengkan kepala “GAK MAU AH” ketika ditawari kesempatan untuk melanjutkan ke studi “KEPERAWATAN".

Hal ini terjadi karena adanya suatu pemahaman yang salah dan keliru tentang “Perawat dan Keperawatan” di lingkup masyarakat Indonesia secara umum sehingga mereka tidak tertarik untuk memilih profesi perawat.

Berbeda dengan masyarakat negara-negara Filipina, India, Thailand, ataupun Australia yang secara umum sudah memahami benar dan tahu persis apa dan bagaimana serta kesempatan apa saja yang akan mereka dapatkan kalau menjadi “perawat”.

Di Negara-negara tersebut bahkan seorang dokter spesialis, arsitek, pengacara, ahli komputer, mereka akan rela meninggalkan profesinya demi untuk jadi seorang perawat karena mereka yakin dengan menjadi perawat mereka akan dapat hidup dengan layak dan dapat bekerja di Negara manapun yang mereka inginkan.

Seorang dokter spesialis kebidanan asal Filipina rela meninggalkan profesinya dan kemudian kuliah sebagai perawat karena dia sadar dengan menjadi seorang maka dia berkesempatan untuk bekerja di negara manapun.


Perawat tidak seharusnya berkecil hati dengan takut tidak mendapatkan pekerjaan yang layak dan hanya menggantungkan bahwa kesempatan dan peluang kerja pada satu kesempatan. Di Indonesia, banyak perawat yang berharap untuk bisa jadi pegawai negeri sipil (PNS).

Padahal, sebenarnya banyak sekali kesempatan dan tawaran kerja sebagai di luar negeri seperti di USA, Canada, Inggris, Kuwait, Saudi Arabia, Australia, New Zaeland, Malaysia, Qatar, Oman, UEA, Jepang, Jerman, Belanda, Swiss dll.

Di negara-negara tersebut gaji perawat bisa 5-30 kali lipat gaji PNS di Indonesia. Tentu tidak mudah untuk bisa mencapai itu semuanya. Tapi bukan sesuatu yang sulit untuk dicapai kalau perawat telah mempersiapkan diri.

Agar bisa bekerja di negara-negara tersebut harus melalui beberapa tes seperti NCLEX-RN, IELTS, CGFNS. Juga perlu persiapan-persiapan lain seperti mental dll.

Ketika kualitas perawat sudah meningkat dan berada dalam standardisasi kualitas internasional (cakap secara teori dan praktek) dan mampu berbahasa internasional (English, Arabic dll), maka bukan lagi perawat yang akan mencari pekerjaan tapi rumah sakit yang akan mencari perawat.

Itulah saatnya bicara “Selamat Tinggal dan Good Bye” kepada rumah sakit atau pemilik lapangan pekerjaan yang menggaji perawat dengan standar gaji yang rendah.

Kalau kondisi itu sudah tercipta dengan sendirinya tidak akan ada rumah sakit atau lapangan pekerjaan di Indonesia yang akan menggaji perawat dengan semau-maunya, tidak akan adalagi profesi lain yang memandang rendah perawat.

Bagaimana…? Masih GAK MAU JADI Perawat ?